Ketika berbicara tentang kualitas daging, kebersihan dan keamanan proses pemotongan hewan menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Di Indonesia, salah satu standar yang diterapkan untuk memastikan mutu adalah RPH SNI—Rumah Potong Hewan yang memenuhi Standar Nasional Indonesia. Sertifikasi ini bukan hanya formalitas, melainkan instrumen penting yang menjamin kualitas daging dari hulu ke hilir.
Apa itu RPH SNI?
Secara sederhana, RPH SNI adalah rumah potong hewan yang beroperasi dengan standar baku yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Standar ini mencakup aspek fasilitas fisik, prosedur pemotongan, kebersihan peralatan, kesehatan pekerja, hingga manajemen limbah. Tujuan utamanya bukan hanya menghasilkan daging yang aman, tetapi juga memastikan proses pemotongan sesuai prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare) dan syariat bagi produk halal.
Mengapa ini penting? Karena kualitas daging sangat dipengaruhi oleh cara hewan dipotong dan bagaimana lingkungan RPH dikelola. Jika prosedur dilakukan di tempat yang tidak higienis, risiko kontaminasi bakteri meningkat, yang pada akhirnya bisa membahayakan kesehatan konsumen. Dengan standar SNI, setiap proses diawasi agar kebersihan peralatan terjaga, darah hewan dikeluarkan sempurna, dan tidak ada kontak silang dengan kotoran maupun limbah.
Dari perspektif konsumen, keberadaan RPH SNI memberi rasa aman. Label sertifikasi ini menjadi jaminan bahwa daging yang dibeli telah melalui rantai produksi yang higienis. Konsumen tidak hanya mendapatkan daging segar, tetapi juga terlindungi dari ancaman penyakit zoonosis, seperti antraks atau salmonella, yang bisa menular dari hewan ke manusia bila penanganan tidak tepat.
Bagi pelaku industri seperti BBF Meat Shop, bekerja sama dengan RPH SNI adalah komitmen dasar pada kualitas. Dengan menggandeng mitra RPH bersertifikat, BBF memastikan bahwa produk yang sampai ke outlet telah melewati standar mutu tertinggi—baik dari sisi halal, higienitas, maupun kesehatan hewan. Inilah yang membedakan butchery modern dari distribusi tradisional yang kadang tidak terkontrol.
Di sisi lain, RPH SNI juga mendukung keberlanjutan industri peternakan. Dengan sistem pengelolaan limbah yang diatur, dampak lingkungan bisa ditekan. Hal ini sejalan dengan tren global yang menuntut industri pangan semakin bertanggung jawab pada ekosistem.
Singkatnya, RPH SNI bukan hanya soal regulasi, tetapi kunci untuk menghasilkan daging yang aman, segar, dan bisa dipercaya. Kehadirannya menjembatani kebutuhan konsumen akan kualitas dengan kewajiban produsen menjaga standar industri yang tinggi.


